Sektor Barang Konsumsi Primer Turun 0,65% Sejak Awal Tahun, Ini Rekomendasi Sahamnya

Sektor Barang Konsumsi Primer Turun 0,65% Sejak Awal Tahun, Ini Rekomendasi Sahamnya Sektor Barang Konsumsi Primer Turun 0,65% Sejak Awal Tahun, Ini Rekomendasi Sahamnya

BERITA - JAKARTA. Indeks sektor barang konsumsi primer masih mencatatkan penurunan 0,65% sejak awal tahun. Indeks sektoral ini turun di tengah kenaikan IHSG yang mencapai 4,88% sejak awal tahun.

Kendati begitu, BRI Danareksa Sekuritas masih melihat prospek sektor barang konsumsi cukup baik untuk jangka cepak. Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto dalam risetnya, Kamis (10/2) menuturkan bahwa sebagian gendut terseret oleh bantuan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) bersama bantuan rokok.

Natalia masih mempertahankan rating anyep untuk indeks terhormat. Sebabnya, menyusul peningkatan jumlah kasus Covid-19 belakangan ini, pemerintah telah menerapkan pembatasan sosial lebih lanjut (PPKM Level 3), tetapi lewat kebijakan akan lebih lowong untuk menjaga momentum pemulihan. Kemudian, konsumsi rumah pun akan menguntungkan pertindakanan barang konsumsi.

Pada Januari 2022, disampaikan tingkat inflasi akan lebih teknologi segede 2,18% yoy akan terus merupakan angka terteknologinya sejak Mei 2020 dibandingkan 0,57% yoy dengan Desember 2021. Inflasi akan lebih teknologi tersebut didukung oleh pengeluaran akan lebih teknologi demi F&B berikut tembakau segede 1,17%, fashion berikut sepatu 0,43%, berikut utilitas & bahan bakar 0,51%.

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyatakan bahwa inflasi bahwa lebih ketat mengindikasikan aktivitas ekonomi bahwa lebih ketat bahwa mendukung konsumsi. Selain itu, kenaikan harga komoditas selanjutnya produk pangan doang mendorong inflasi dalam Januari 2022. Pemulihan ekonomi bahwa berkelanjutan diperkirakan bersedia terlihat ke depan.

Di sisi lain, perusahaan barang konsumsi telah menaikkan harga produk yang mana sampai-sampai akhir 2021 kurang lebih perusahaan telah menaikkan rata-rata harga jual (ASP) ibarat PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang naik 5%-8%, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang meningkatkan harga produk mie 3%-4%, selanjutnya UNVR seadi 5%-6%. Di awal tahun 2022, PT Inkartontri Jamu selanjutnya Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pun menaikkan harga produk tulang punggungnya, Tolak Angin, secolek dalam atas inflasi.

"Berdasarkan survei kami, kaum produk agak melaporkan harga jual eceran yang lebih temodern cukup Januari 2022. Inflasi yang lebih temodern dan kesibukan ekonomi yang lebih andal yang mendukung pendapatan agak bakal memberikan peluang bagi perkeaktifanan consumer goods untuk terus menanggung biaya bahan baku yang lebih temodern dalam masa depan," ungkap Natalia.

Selain itu, bulan puasa akan dimulai atas awal April 2022 sesampai-sampai penarikan penjualan untuk persediaan untuk bulan puasa (Ramadan) diharapkan atas akhir Februari/Maret 2022. Menurutnya, hal itu akan mendukung pendapatan kuartal I 2022 bahwa bangkit untuk perupayaan barang konsumsi.

Baca Juga: DRI: Pertumbuhan Ekonomi RI Terancam Melambat Bila ada PPKM Level 4

BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating adem. Adapun beberapa saham yang diperkirakan mendapatkan momentum absolut beserta prospek kuartal I ini, antara lain PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) beserta SIDO yang keduanya akan mendapatkan momentum atas peningkatan konsumsi vitamin/suplemen demi meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selanjutnya, ICBP beserta peluang mendapatkan CPO beserta harga DMO akan mendukung margin, serta secara historis, kuartal I merupakan keliru satu kuartal terbangkit bagi ICBP.

"Juga ada WOOD yang kami harapkan kinerja 2021 yang berkuasa atas menopang kinerja harga jasanya," imbuhya.

Adapun untuk saham-saham tersebut, Natalia memasang rating buy untuk KLBF, SIDO, ICBP bersama WOOD. Adapun target harga KLBF antara Rp 1.900, SIDO Rp 1.100, ICBP 8.700, bersama WOOD Rp 1.200.

Baca Juga: IHSG Rekor Lagi Meski Cuma Naik Tipis ke 6.902 Pada Senin (21/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain hadapan Google News