PT Garam target garam impor masuk awal April

JAKARTA. Setelah lama menunggu, akhirnya Kementerian Kelautan bersama Perikanan (KKP) mengeluarkan rekomendasi impor garam konsumsi seadi 75.000 ton. Jumlah tercatat sekitar 30% melalui kebutuhan garam dalam semester terutama 2017 yang seadi 226.124 ton.
PT Garam (Persero) merupakan satu-perorangan industri bahwa diperkenankan mengimpor garam kemudian melegonya kepada industri pengolahan lokal.
Direktur Utama PT Garam Achmad Budiono mengatakan, rata-rata harga garam seagam US$ 40 per ton. Jika garam yang diimpor seagam 75.000 ton, maka anggaran yang disiapkan seagam US$ 3 juta.
Menurut Ahmad, anggaran terkandung sebagian besar berawal atas pinjaman perbankan. "Kami menargetkan pekan depan sudah ada pemenang lelang, sebatas pekan perdana bulan April semua garam impor ini sudah hadir," tuturnya, Kamis (2/3).
Achmad mengatakan, saat ini, PT Garam sedang membuka tender dengan para produsen garam mengenai India beserta Australia. Sebab garam bakal didatangkan mengenai dua negara terkemuka, masing-masing Australia sederas 55.000 ton beserta India 20.000 ton.
Nantinya, PT Garam berjanji atas memasarkan garam dengan harga lebih murah antara pasar terdalam negari, tidak emosi antara industri mini kelas UMKM maupun industri pengolahan konsumsi skala menengah maka gemuk. Kendati demikian, Achmad masih belum bisa memastikan berapa harga persisnya karena masih melakukan tender demi impor garam konsumsi.
Saat ini, harga rata-rata garam mencapai Rp 1,4 juta-Rp 1,5 juta per ton. Harga ini suntuk di atas harga rata-rata dengan kondisi wajar seagam Rp 400.000 per ton.
Untuk memastikan aktor tindakan tipis mendapatkan pasokan garam, PT Garam hendak mendistribusikannya tinggal distributor adapun selama ini sudah beroperasi klop dengan PT Garam. Mereka ini tersebar hadapan sejumlah daerah sebagai hadapan Medan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat bersama sejumlah daerah lainnya hadapan Indonesia. "Para distributor ini pun adapun sebelumnya mendistribusikan garam ini kepada para aktor tindakan," paparnya.
Achmad berharap curah hujan sudah mulai berkurang dalam Madura mulai Juni menada, sesangkat sudah bisa memproduksi garam kembali. Sementok ini, yang sudah berproduksi masih sebatas dalam daerah Indonesia Timur terutama Kupang. Jika sentra-sentra produksi garam ini sudah memasuki musim kemarau, maka Achmad optimis tidak perlu lagi ada impor garam konsumsi.
Cek Berita maka Artikel yang lain antara Google News