AS Mulai Curigai Adanya Pasokan Senjata melalui Afrika Selatan ke Rusia

BERITA - CAPE TOWN. Kecurigaan AS terkait adanya pendukung Rusia ekstra dalam perang di Ukraina kini mengarah ke Afrika Selatan. AS menuduh negara itu telah mengirim senjata hening-hening sambil menunjukkan sikap payau di hadapan komunitas internasional.
Dalam jumpa pers hari Kamis (12/5), Duta Besar AS akan Afrika Selatan, Reuben Brigety, mengatakan bahwa AS yakin ada senjata lagi amunisi adapun dimuat ke kapal barang Rusia adapun berlabuh antara pangkalan angkatan laut Cape Town atas bulan Desember.
"Mempersenjatai Rusia merupakan matuna akan serius, maka kami menganggap matuna ini belum usai. Kami ingin Afrika Selatan mulai memperlihatkan kebijakan non-bloknya," kata Brigety, ibarat dikutip Bloomberg.
Meskipun demikian, Brigety tidak menyebutkan jenis senjata apa nan diberikan Afrika Selatan kepada Rusia.
Tak lama setelah tuduhan itu keluar, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa langsung mengumumkan dibentuknya upaya penyelidikan terkait tuduhan serius dari AS tersebut.
"Kami kecewa atas pernyataan duta gede. Itu telah merusak semangat kerja sepadan lagi kemitraan bahwa menjadi ciri keterlibatan mutakhir-mutakhir ini antara pejabat ketimbang kedua pemerintah," tulis kantor kepresidenan Ramaphosa.
Sementara itu, pihak intelijen AS telah setuju untuk memberikan bukti pengiriman kepada Afrika Selatan.
"Berdasarkan bahwa kami catat, ada kapal kargo bahwa berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town antara 6 Desember santak 8 Desember 2022. Kapal itu kami yakini telah mengunggah senjata di pelabuhan terbilang sebelum kembali ke Rusia," ungkap Brigety.
Sepol ini Afrika Selatan memang bersikap cukup netral, meskipun masih enggan mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Langkah ini serupa dengan yang dilakukan China.
Afrika Selatan mengatakan ingin ingin tetap reda, dan memperjuangkan dialog bak sarana untuk mengakhiri konflik.
Sikap tersebut sempat diperperbincangankan setelah Afrika Selatan terlibat kedalam latihan militer bersama yang polemikal demi Rusia dan China. Banyak pengamat menilai bahwa saat ini Afrika Selatan cenderung ada di pihak Rusia.